BAHASA APA INI..??

Blog Ini Menampilkan Laman Budaya Bahasa 'OGAN"
Bagi Anda Yg Kurang memahami Bahasa Yg Ditampilkan, Dapat mengikuti Tampilan Dalam Bahasa Indonesia
Di Blog Partner ( OUC_on blog) By; Shelly Agustina.
Atau Klik disini:

http://oucagustina.blogspot.com/

Senin, 28 Mei 2012

NINEK UTAN

NINEK UTAN
(Harimau Sumatra/ Sumatran-tigeris)
Sosok Pelindung(Penjaga) Dalam Mitologi OGAN ULU
Doc; http://www.facebook.com/OganUlu.Comunity.Halaman



HARIMAU, adalah binatang yg kita kenal dengan julukan “Raja Rimba” adalah merupakan salah satu hewan yg masuk dalam kategori “Dilindungi” dari perburuan,
SOSOK HARIMAU, Sudah sangat Akrab dalam keseharian masyarakat Ogan-ulu, Masyakarat Ogan umumnya Beranggapan bahwa Sosok Harimau sebagai Sahabat yg Memiliki “Tatanan Masyarakat nya Sendiri” dan tidak boleh saling menggangu antara bangsa manusia dan bangsa harimau tersebut, inilah yg membuat Kehidupan Harimau dan Manusia Dalam Kontek’s Adat-istiadat Ogan bias Berjalan “Secara Harmonis”

 
Masing- masing Wilayah Atau Daerah pedusunan di Ruang Lingkup Ogan-Ulu, Punya Sebutan Masing masing Terhadap Sang Harimau ( dlm Base Ugan biase disebut Himau/Khimau), diantara nya;
~Daerah Ulu-Ogan dsk. (wilayah teluk enam) menyebut nam Harimau dengan nama “Ninek-Utan”
~Ada sebagian Daerah Yg Menyebut nya dengan nama ; “Puyang-Kureng (kureng Berarti belang)”
~Sebagian Lagi menyebut nya dengan sapaan Akrab sebagai; “Puyang-Kumis”
~dan masih banyak lagi Nama yg Digunakan untuk menyebut Nama Harimau Ini.
 Namu yg Jelas Penggunaan nama ini Adalah Salah satu bentuk “Peng-akraban” antara masyarakatnya dengan Sosok sang “Raja-Rimba”


Masyarakat Ogan ulu Meyakini adanya “Kerajaan Harimau/ pedusunan Ninek-Utan” yg diyakini berada Di Gunung Dempo, (pagar-alam), Namun ada juga yg meyakini tempat yg lain Sebagai “Sahang-Ninek Utan” ini.


TIDAK BOLEH SALING MENGGANGGU
Seolah Ada “Hukum” tak tertulis yg mengikat, antara masyarakat Ogan dengan Sosok Ninek-utan/Puyang Kureng atw Puyang Kumis tersebut,
Yg mana jika seseorang menggangu Keberadaan Harimau yg Hidup Bebas Di alamnya Tanpa Alasan yg bias Dibenarkan maka “Sang Ninek Utan Akan Menuntut balas dengan “Cara-Mereka”
dan Ada Sebutan “Hetak-Siung” adalah julukan untuk Harimau Yg telah Berdosa karna manggangu Manusia dan kita ‘dibenarkan’ jika terpaksa memburunya, karna ninek utan yg sudah Hetak-Siung Akan dikucilkan Oleh Kelompok nya

HARMONISASI Hang Uluan yg berdampingan Dengan Ninek Utan;
dalam kehiduapan Nyata Di OGAN ULU kita dapat dengan mudah menemukan Cerita Berupa Pengalaman Dari Orang-Orang Yg berhadapan langsung dengan Sosok Ninek utan, Puyang Belang, Atau Puyang Kumis ini.



~Misal nya Pengalaman “Kisah Nyata Dari Bapak Marakarma Nangtjik, Di masa kecilnya yg Menceritakan Bagai mana Kakek Beliau Pada masa Itu Melepaskan Hewan Ternak Berupa kerbau,  Kakek Beliau Mempercayakannya kepada “PUYANG KUMIS”Untuk Menjaga Kawanan Kerbau miliknya, dan “Terbukti” Kawanan Kerbau tersebut tetap terjaga Meski Tak pernah Di awasi Dalam Kurun Waktu Lama
~Berikut nya Kisah dari  Sumar bin Romi/ Romi Bin Rukiyat (desa, gunung Tiga) Yg Setiap tahun Nya Sering Menitipkan “Ume(Tanaman Padi ladang)” nya Kepada Ninek Utan, Dari Gangguan Hama Babi hutan yg sering kali menjadi penyebab gagal panen
~Atau Cerita Dari Pak Sipan Yg Didatangi Oleh Bangsa Harimau( Dalam Wujud Manusia) yg meminta bantuan Beliau Untuk Menolong Seekor “Anak-Harimau” Yg Terjebak Dalam Lubang Bekas Galian Penampung Air (Mirip Sumur).



 YANG MELANGGAR AKAN MANDAPAT HUKUMAN
~ Talang Panggal-panggal, Talang Kasir ( Perkampungan Kecil Di lahan Perkebunan) terletak Dlm Gugusan Bukit Barisan, Terjadi Pada Pertengahan Juni 2006, Dimulai Dari 2 Orang Warga (Maaf Nama Tidak Bisa Kami Sebutkan) yg berniat mencari Nafkah dengan menjerat Harimau.
NEBUS PALAK HEBAU;
Selang Beberapa Waktu Akhirnya Warga Yg resah Memaksa Kedua Orang Tesebut Untuk NGAKOK KESALAHAN (Mengakui kesalahan yg di perbuat) Mereka Di haruskan Melepaskan Harimau yg terkena Jerat Mereka dan Membayar PENEBUSAN, yg mana Masing masing Harus Menyedekahkan KEPALA KERBAU JANTAN yg di Maksudkan Sebagai PERMINTAAN MAAF Kepada Bangsa Penjaga-Hutan ini,
Setelah penebusan ditepati dan Emosi Bangse ninek tadi Mereda Semua “KEMBALI NORMAL” dan keharmonisan yg selama ini tercipta “Tetap terjaga” hingga kini.


Masih Banyak Cerita lain yg mungkin terjadi dengan Tokoh yg Masih Hidup sampai sekarang…!!

SALING MENGHARGAI Antara manusia dan Alam Inilah Salah satu “Filosofi luhur” yg Terkandung Dalam Mitologi Ogan-Ulu berkenaan dengan Sosok Ninek-utan, yg telah menjadi penjaga, menjadi pelindung, dan menjadi sahabat dalam Kehidupan masyarakat Ogan Sejak dahulu dan “Semoga keharmonisan ini tetap terjaga Dan lestari”

semoga Kutipan ini bisa berguna untuk Sahabat OUC_Halaman dalam Melestarikan “INDAHNYA BUDAYE-KITE”
Mohon Maaf Karne tulisan ini Jauh Dari Lengkap Dan tidak mungkin “Sempurna” Karna tidak mungkin Untuk menceritakan Sebuah Mitologi Secara lengkap Dilihat Dari semua sisi..!!


Cerita Diangakat dan Dikumpulkan dari berbagai Sumber yg kami Anggap telah Memahami Apa yang menjadi indeks topic mengenai Postingan ini
Penyunting; Kismansya Yrf  @ 25 mei 2012
Dokumentasi; http://www.facebook.com/OganUlu.Comunity.Halaman
Foto; Adopsi dari// google.image//
 terime kasih dan Salam kompak

Senin, 05 Maret 2012

PESIRAH

PESIRAH, PEMBARAB, KRIE, dan PENGGAWE


Kate-kate judul di pucok itu kerap teaning dikuping kite. tapi bagi budak-budak ye lahir di tahun 1970-an atau 1980-an mungkin hanye akrab, tapi dekde mengenal peran dan kedudukannye.

Siape Pesirah, Pembarap, Krie Nggok Penggawe Tu…..?
PESIRAH adalah kepala marga. mungkin setingkat kabupaten mak ini ahi. sedangkan wakilnye disebut PEMBARAP. wewenang dan kedudukan Pembarap adalah mewakili Pesirah bilemane Pesirah dekde ade di tempat. 









Di bawah sang PESIRAH, ade pembantu yang disebut KRIE yang kekuasaannye tentu kian ade di bawah atau setingkat dusun mak ini ahi. jadi bolehlah amen KRIE disebut kepala dusun.
Sedangkan di bawah KRIE ade agi yang namenye PENGGAWE atau disebut kepala kampung. ade juge PENGHULU atau KETIP yang tugasnye lebih kepade urusan keagamaan. 
Pada jamannye dulu para PESIRAH dipilih secare terbuka yang uji jeme mak ini ahi disebut demokrasi. dalam pemilihannye para pemilih atau kontituen berbaris di belakang PESIRAH yang dipilih. peristiwa ini disebut "PILIH CUMPOK". (ha.ha. secumpok jeme!) jadi hampir dekde mungkin terjadi kecurangan atau manipulasi seperti  KTP ganda atau memilih di tempat lain seperti dalam pilkada mak ini ahi.





PESIRAH mendapat gelar DEPATI atau PANGERAN.
mereka ini dekde kian mengatur "pemerintahan", tapi juge mengatur adat BUJANG-GADIS dan juge perkawinan di jaman itu. semua aturan ini tertulis dalam undang-undang berbahasa melayu yang disebut  "OENDANG-OENDANG SIMBOER TJAHAJA". SIMBOER TJAHAJA amen dibase ugankan berarti SIMBOHAN CAHAYE atau "percikan cahaya".  hebatnye, undang-undang ini lah ade sejak KESULTANAN PALEMBANG pada masa  Pangeran Ratu Sending Pura (1623—1630). dan diperbarui pada masa Sultan Abdurrahman Cindai Balang (1651—1696)

secara umum, isi undang-undang ini mengatur hak-hak dan kewajiban  masyarakat dalam berbagai tingkatan dan jenis kegiatan. misalkan aturan dusun dan berladang, aturan hukum, serta aturan marge.
Jadi, amen teaning agi kate-kate PESIRAH, PEMBARAB, KRIE dan PENGGAWE, paling dekde kita pacak bahwa sistem demokrasi di kesultanan palembang sude ade  sejak awal abad ke 17, jauh lebih awal endai demokrasi yang didengung-dengungkan oleh jeme barat belakangan ini.


Jadi Ternyate Hang Ugan Lah jauh Lebih Dulu Menjalan Kan Demokrasi dengan Care Kite Diwek, dan Harusnye Ini Menjadi Sebuah Kebangan Tersendiri Bagi Kite.



Undang-Undang SIMBOER-TJAHAJA

Secara etimologis kata “Simbur” dan “Cahaya” berarti “percik” dan “cahaya”. Undang-Undang Simbur Cahaya adalah nama yang diambil dari nama sumber hukum adat di pedalaman Palembang (Oendang-Oendang Simboer Tjahaja) yang disusun sejak masa pemerintahan Pangeran Ratu Sending Pura (1623—1630). Undang-undang itu diperbarui pada masa Sultan Abdurrahman Cindai Balang (1651—1696).



Secara umum, isi undang-undang itu berkenaan dengan penjabaran hak-hak dan kewajiban anggota masyarakat dalam berbagai tingkatan dan jenis kegiatan pada masa Kesultanan Palembang. Undang-undang itu semula, pada masa kesultanan, diberlakukan di daerah sikap dan kepungutan saja. Ketimbang menekankan kewajiban-kewajiban sultan, undang-undang itu lebih menekankan pada kewajiban-kewajiban rakyat

Undang-undang yang diturut di dalam huluan negeri Palembang, Sumber: Undang-Undang Simbur Cahaya tulisan Arab Melayu dalam buku Berg, Mr.L.W.C. van de., Rechtsbronnen van Zuid Sumatra, BK1 43, 1894.

_Repro Dari Berbagai Sumber
https://www.blogger.com/feeds/04610177859978257708/blogs